Mendekati Hari Pembalasan

2228 Kata

Kelopak matanya terbuka perlahan, tubuhnya menggeliat kecil di atas ranjang empuk yang masih hangat oleh sisa tidur malam yang aneh atau lebih tepatnya, mengguncang. Ia merasa… lengket. Di pipi. Di dahi. Di dagu. Tangannya terangkat, mengusap pelan wajahnya yang terasa lembap. “Hah?” gumamnya, kening berkerut. Aneh. Rasanya seperti ada sesuatu yang menetes atau tercecer… tapi bukan keringat. Dan lebih aneh lagi Rania mengenakan piyama satin warna ungu. Lengkap. Bawah dan atas. Padahal... semalam… Semalam? Ia terdiam. Napasnya tertahan. Gambaran kabur menyeruak ke ingatannya. Tawa-tawa di balkon bersama Layla dan Paulina. Wajah Prabu di balik jendela pesta. Dress-nya yang terlepas satu-satu. Dirinya berjalan sempoyongan, telanjang bulat, masuk kamar dan... Oh Tuhan. “Dia...?” Rania mena

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN