“Arggh!” Davendra mengeram pelan tapi sudut matanya menyipit. Sedangkan bibir bagian bawah Zara tampak memerah, terluka, ada noda darah. “Satu sama!” ujar Davendra nampak puas melihat hasil gigitannya berhasil melukai bibir ranum milik wanita itu. “Kamu pikir hanya kamu yang bisa menggigit bibir. Saya pun juga bisa! Saya mencium kamu karena ingin membalas, jadi jangan ge-er!” Davendra kembali berkata penuh penekanan. Zara mengusap bibir dan melirik darah yang ada di jemarinya. Ia pun berdecak kesal. “Pak Dave, Zara, kamarnya sudah siap.” Reza menghampiri mereka. Kebetulan sekali Reza datang, perselisihan mereka berdua terhenti sejenak. Akan tetapi bukan tanda berakhir dari segalanya, sebelum Zara balik badan, dan kebetulan Davendra sudah mengundurkan pelukannya, wanita itu menyikut b