Hampir setiap harinya Tama datang, entah untuk menjemput atau hanya sekedar menemui Mega. Sepertinya lelaki itu mulai melancarkan aksi pendekatan pada Mega, usai mendapatkan lampu hijau dari kedua orang tuanya. “Me, aku di depan pintu gerbang. “ Ucap lelaki itu melalui sambungan telepon. Mega yang setiap harinya datang untuk membersihkan apartemen Rei, kadang ia hanya datang untuk sekedar berlama-lama di kamar lelaki itu. “Tunggu sebentar, “ Balas Mega. Ia tidak segera menemui Tama, tapi malah kembali duduk di tepian tempat tidur Rei. “Apakah aku benar-benar merindukannya? “ Gumamnya dengan senyum samar. “Payah kamu, Me!” Ia memukul kepalanya sendiri, menyadari kesalahan yang dilakukannya. Kesempatan ada di depan mata, sudah seharusnya ia memanfaatkan Kedekatannya dengan Tama. Lela

