Bening mengumpat dalam hati, saat ia tidak bisa menggerakkan tangannya dengan leluasa, sebab luka jahit di tangannya masih terasa sakit saat ia melakukan gerakan terlalu cepat. Sangat menghambat aktivitasnya, tapi ia tidak akan meliburkan diri seperti biasanya. Bening harus sekolah, sebab ada seseorang yang ingin segera ditemuinya. Kedua matanya mencari sosok yang seja lima belas menit lalu tidak kunjung ditemukannya. Kemana lelaki itu pergi, bahkan di tempat-tempat yang sering digunakannya untuk menyendiri pun tidak ada. “Lihat Davin nggak?” Tanya Bening pada beberapa orang siswa yang ada di perpustakaan. “Nggak.” Jawab salah satu dari mereka. “Kemana ya.” Gumamnya. “Kayaknya Davin ada di ruang kepala sekolah, katanya ada wejangan atau apa gitu untuk anak-anak yang akan mengikut

