Part 92 Terkadang tidak mudah memang memainkan sebuah peran. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua harus dilakukan demi sebuah alasan. *** Suasana ruanganku terkesan hening tatkala wajah Alexa menatapku serius. Perempuan itu sepertinya ada hal penting yang ingin dia sampaikan, tapi terlihat ragu dari bola matanya. Aku tidak bisa membaca pikirannya saat ini, mungkin karena dia berhasil mengetahui cara memblokir pikiran melalui pembelajaran bersama adik bungsuku--Bella. Tapi melihat Alexa diam seperti ini aku jadi takut juga. Takut masalahnya lebih besar. "Ada apa?" todongku saat melihat wajahnya yang tersentak kaget "Sayang, aku dapat email dari Wijaya Hospital untuk bekerja di sana." jawaban Alexa membuatku tersenyu. Astaga! Aku pikir apa. "Kamu nakutin aku, Bebsku. Masalah kaya gini mah p

