1

756 Kata
Malam ini, Cantika sudah membuat janji untuk makan malam bersama dengan Bagus. Tentunya, ia ingin memperkenalkan wanita yang ia pinjam rahimnya untuk menampung benih suaminya. Teknisnya bakal seperti apa, pastinya, Cantika sudah mempersiapkan semuanya dengan baik. "Hai sayang ... Maaf aku terambat. Kamu sudah lama?" sapa Bagus sambil mencium pipi Cantika. Malam ini, Cantika nampak sangat berbeda dan begitu menggoda. "Gak apa-apa Mas. Aku tahu kamu sangat sibuk sekali. Makanya aku mau cepet-cepet punya anak," ucap Cantika dengan jujur. Bagus meremat tangan Cantika dan tersenyum bahagia, "Kita sedang mengusahakan itu, sayang. Kamu yang sabar ya? Kamu pasti bisa hamil lagi. Hanay perlu waktu." Cantika menggelengkan kepalanya pelan, "Enggak. Aku mau sekarang, Mas. Biar aku gak kesepian." Bagus terkekeh dan mencium punggung tangan Cantika, "Ini di restoran. Kamu gak bisa nunggu sampai di rumah nanti? Kita begituannya?" "Mas! Aku sedang serius," jelas Cantika mulai kesal. "Aku juga serius Cantika," ucap Bagus tak mau kalah. "Kita sewa rahim wanita lain. Biar cepat, Mas. Yang penting itu keturunan kamu," ucap Cantika penuh harap. Ia berharap Bagus setuju dengan permintaan konyolnya ini. "Apa?! Sewa rahim? Kamu jangan gila, Cantika. Aku gak mau!" tegas Bagus. "Mas! Demi kebahagiaanku! Aku mohon," harap Cantika masih mencoba merayu Bagus. "Enggak! Aku bilang enggak ya enggak, Cantika! Stop bicara anak saat ini!" sentak Bagus terbawa suasana. Cantika dan Bagus saling diam. Makan malam yang seharusnya romantis dan hangat mendadak beku seperti es. *** Pernikahan akan lengkap saat satu pasangan suami istri bisa memiliki keturunan. Cantika dan Bagus baru selesai menggelar acara tujuh bulanan di pendopo rumah kediaman orang tua keluarga Bagus. Suami Cantika adalah lelaki baik dengan keturunan ningrat. Ia anak tunggal dari keluarga Mukti Atmaja. "Kalian jadi pergi malam ini?" tanya Ibunda Bagusnkepada Bagus dan Cantika yang sedang bersantai di ruang tengah. Cantika mengusap perutnya yang mulai membesar dengan gerakan memutar searah jarum jam. "Jadi Bu. Kami sudah persiapkan semuanya. Bagus kan terlalu sibuk dengan pekerjaan Bagus. Mumpung ada waktu kami berdua mau mengenang masa honeymoon tapi kali ini bersama calon bayi kita," ucap Bagus lembut sambil ikut mengusap perut besar istrinya itu. Skip ... Pasangan suami istri itu begitu bahagia. Sepanjang jalan, tangan mereka saling menggenggam dan tak melepas satu sama lain. Bagus benar -benar mencintai Cantika. Ia begitu gila dengan pesona Cantika. Wanita mungil dengan wajah bulat dan kedua mata bundar. Pupil matanya hitam lekat. Bibirnya tipis dan warna kulitnya kuning langsat dan mulus sekali. "Kita mau kemana sih?" tanya Cantika yang tak pernah tahu tujuan pergi mereka. "Ke puncak. Ke villa dulu saat kita pacaran. Kamu ingat?" tanya Bagus pelan. "Ingat. Itu kan pas pertama kita ketemu juga di acara malam keakraban kampus," ucap Cantika pelan. "Benar sekali. Ingatan kamu begitu kuat sekali, sayang," ucap Bagus memuji. Cantika terkekeh. Malam semakin larut, kabut tebal pu turun hingga membuat perjalanan Cantika dan Bagus agak terhambat. "Hati -hati Mas. Lepaskan dulu genggamannya. Kamu fokus nyetir saja dulu," titah Cantika lembut. Cantika tidak ingin apa yang di lakukan Bagus malah membuat ia tak nyaman dalam berkendara. "Tidak sayang, kamu tenang saja. Berdoa saja," ucap Bagus lirih. "Baiklah Mas. Kalau mulai gak nyaman lepas ya?" titah Cantika lembut "Iya sayang," ucap Bagus tersenyim sambil melirik ke arah Cantika dan fokus menyetir kembali. Bagus begitu tetlihat lihai sekali menyetir dalam keadaan kabut tebal. Walaupun janagn berkelok dan menanjak tajam, tidak masalah baginya. Bagus sudah sangat faseh dengan jalan yang di laluinya ini karena memang sudah sangat sering di lewati. Cantika memilih diam dan menyandarkan tubuhnya. Ia membiarkan Bagus fokus menyetir mobilnya tanpa di ganggu. Ia membiarkan juga tangannya di genggam erat oleh Bagus dan satu tangannya mengusap pelan perutnya yang mulai terasa sakit dan keram. Tiba-tiba saja jantung Cantika berdegup keras dan kencang. Ada kecemasan sendiri di dalam hati Cantika. Ia berusaha memejamkan kedua matanya dan bersamaan dengan suara klakson yang begitu keras dengan hantaman keras tepat mengenai perutnya hingga terasa sakit dan tak terasa lagi rasa sakit itu. "Arghhhh ... Tolong!!!" teriak Cantika spontan. Tangannya masih di genggam erat oleh Bagus. Bagus pun menoleh ke arah Cantika yang berteriak keras sebelum akhirnya Bagus pun tak sadarkan diri akibat benturan keras di kepalanya yang beradu dengan setir mobilnya. "Sa - sayang ... anak kita ...." ucap Bagus lirih sekali. Suara ambulance memekakkan telinga dan semua perawat langsung membawa dua pasien suami istri yang masih bernyawa itu ke ruang IGD. Bagus dan Cantika masih tak sadarkan diri. Keluarga besar Cantika dan Bagus datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi putra dan putri mereka. Para Ibu begitu histeris melihat keadaan Cantika yang harus kehilangan bayi yang di kandungnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN