Dony dipenuhi amarah dan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuh. “Nining!” jerit Dony dan segera bangun. Ternyata Dony hanya mimpi. Namun, mimpi itu terasa sangat nyata. Seolah-olah itu pertanda kalau dirinya sedang menghadapi masalah yang sama. “Nining. Apa ada laki-laki lain yang sedang mendekati kamu sampai kamu tidak mau memilihku lagi? Apa karena uang kamu berubah? Aku di sini sangat mencintai kamu dan selalu mencintai kamu. Aku jaga kesetiaan dan rasa cintaku untuk kamu ... tapi kenapa kamu tega cuekin aku seperti ini?” rintih Dony pilu. Dia begitu merindukan Nining. Yang dia ingin hanya rayuan manja dari istrinya, tapi tidak terjadi. Jangankan rayuan, pesan atau telpon pun tidak ada, membuat Dony semakin merasa hubungan mereka menjauh dan tidak ada harapan untuk dipertahan

