“Dia putri saya...” ─Ardana─ *** Besok paginya, aku flu, tapi nekad mau berangkat ke sekolah. Bagaimana lagi, semalam sudah bolos. Lagipula aku bisa mati bosan jika di rumah sendirian. Sejak sarapan, Naya menyodorkan banyak makanan untukku, juga memberi obat flu. Kubilang itu ada efek obat tidur, tapi Naya memaksaku meminumnya. Dia bahkan berulang kali membujukku untuk tidur saja di rumah. Aku lebih suka kalau tidur di meja kelas, terus dilemparin penghapus sama guru. Entahlah, rasanya senang membuat orang lain kesal. Sekeluarnya dari rumah, aku dan Naya berpapasan dengan Adit yang ternyata menunggu di depan pagar. Naya mendekat, tersenyum senang. “Hei, Dit, tumben cepat? Hari ini nggak bawa Skupi?” Skupi adalah nama motor scoopy biru muda Adit. Saat pertama kali beli Scoopy