Tekad

1602 Kata

Qian melenguh, ia mencoba mengerjap saat merasakan posisinya sedikit tak nyaman. Samar-samar hal pertama yang ia lihat adalah wajah Reva. Namun merasakan matanya terlalu berat dan terasa pedas, ia memilih kembali memejamkan mata untuk kembali beristirahat.  Reva menepuk lembut bahu Qian. Saat ini ia dalam perjalanan pulang menuju apartemen dengan Qian yang tertidur di pangkuan. Dipandangnya Qian yang terlihat begitu lelah. Ibu jarinya pun merambat mengusap jejak air mata di bawah mata Qian yang telah mengering. “Setelah ini kau harus mengatakan semuanya padaku, Qi,” gumamnya.  Sementara Raga yang mengemudi sesekali melirik Qian lewat pantulan spion dalam mobil. Sebelumnya ia memaksa membawa Qian meski Raizel melarang. Tapi ia tak bisa membiarkan Qian di sana dan mungkin akan terjadi sesu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN