“Ayo, Qi.” Reva meminta Qian bergegas karena ambulance telah menunggu. Ambulance? Ya, tentu saja. Reva sudah meminta pihak rumah sakit untuk membantu mengeluarkan Qian dari sana. Dan satu-satu caranya adalah membawa Qian dengan ambulance agar tak ada yang curiga dan melihatnya. Qian yang sebelumnya membuntuti Reva seketika menghentikan langkah. “Sebentar, Rev, tiba-tiba saja aku ingin ke toilet.” Reva menepuk jidat hingga terdengar bunyi plak. “Ya Tuhan, Qi, kenapa harus di saat seperti ini?” gerutunya. “Mau bagaimana lagi, Rev, aku inginnya sekarang,” sergah Qian yang menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Tak ada pilihan lain akhirnya Reva mengizinkan Qian. Lagi pula tak mungkin ia mencegahnya dan justru akan merepotkan nanti di jalan. “Ya sudah. Cepat, aku akan menunggumu.”