Pagi datang bukan membawa ketenangan, melainkan sekadar menggantikan kegelapan dengan cahaya yang terasa menusuk. Laras terbangun. Kelopak matanya terasa panas dan bengkak. Pemandangan pertamanya adalah jendela kamar yang tirainya masih tertutup rapat, hanya menyisakan celah samar yang menunjukkan dunia di luar sudah bergerak. Ia mengerang pelan, mencoba menggeser posisi. Sekujur tubuhnya terasa remuk, seolah semua persendiannya telah bekerja keras menahan guncangan emosional semalam. Di sisi ranjang, ia merasakan sentuhan hangat di tangannya. Mbak Rini duduk di kursi lipat sederhana yang ia tarik mendekat ke ranjang. Perempuan paruh baya itu tidak tertidur pulas. Ia hanya terlelap dalam posisi duduk, tangan kirinya masih menggenggam lembut tangan Laras. Kain celemeknya sudah diganti den

