Bab 54

2014 Kata

Langkah kaki Adrian berhenti tepat di tengah ruang tamu. Suara berat Dharma menggema, memecah keheningan malam yang sudah merayap lewat pukul sebelas tiga puluh. Lampu gantung kristal di atas kepala mereka menyinari wajah tua sang ayah, menyorot garis-garis keras yang terpahat di sana. “Jawab, Adrian!” Adrian tidak menoleh. Punggungnya kaku, bahunya tegang. Udara di ruang tamu besar itu mendadak pekat, seolah tembok dan furnitur ikut menahan napas menunggu jawabannya. Beberapa detik hening, hanya bunyi detik jam dinding yang terdengar samar. Dharma mengetukkan jarinya ke meja kaca, sekali, keras. “Kamu tuli, hah? Aku tanya, kamu masih menemui perempuan itu atau tidak?” Adrian menarik napas panjang, tapi masih tak berbalik. “Pa…” suaranya dalam, serak. “Bisa tidak, untuk malam ini, ja

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN