Cahaya senja menyelinap masuk lewat celah tirai kamar perawatan, menumpahkan warna keemasan di dinding putih yang dingin. Udara di ruangan itu bercampur dengan aroma bunga segar dari vas kecil di meja sisi ranjang. Mesin infus berdenting pelan, menjadi satu-satunya suara yang memecah kesunyian sore itu. Laras bersandar di tempat tidurnya, tubuhnya masih terasa lemah. Setelah obrolan panjang dengan Rendra tadi, soal Adrian, soal keinginannya untuk lepas, dan segala hal yang membuat hidupnya terasa seperti simpul kusut, ia belum benar-benar bisa tenang. Namun di sela semua itu, ada satu hal yang lebih besar dari segala kekalutannya, yaitu anaknya. Ia menatap jari-jarinya yang saling bertaut di pangkuan. Sudah beberapa hari sejak ia melahirkan, tapi ia belum sempat menatap wajah bayi itu.

