Malam itu juga Adrian tidak bisa menunda lagi. Kata-kata Alma berputar-putar di kepalanya seperti jarum berkarat yang menusuk tanpa henti. Laras. Rio. Dan rumah sakit. Ia turun dari lantai dua dengan langkah lebar. Jas tidurnya masih terpasang rapi, tapi wajahnya tegang. Rahangnya mengeras, urat di pelipisnya menonjol. Adrian meraih kunci mobil di meja konsol dekat ruang tamu, gerakannya cepat dan penuh tekanan. Dari arah dapur, Ratna keluar sambil mengelap tangan dengan lap kecil. Aroma kuah hangat yang masih mengepul dari panci menempel di bajunya. Ia melihat Adrian yang tergesa-gesa berjalan menuju pintu depan. “Adrian?” panggilnya, suaranya sedikit heran. “Kamu mau ke mana malam-malam begini?” Adrian tidak menjawab. Tubuhnya terus melangkah, melewati ruang tamu dengan sorot mata di

