Adrian menarik napas panjang. Senyumnya kaku, terpaksa. “Kita lihat nanti. Sekarang Papa masih banyak urusan yang harus dibereskan terlebih dulu.” Jawabannya menggantung, tanpa janji, tanpa penolakan. Alma memang belum puas, tapi setidaknya cukup untuk membuatnya diam sementara. Keheningan yang tegang itu akhirnya pecah ketika Bu Ratna melangkah masuk, suaranya lembut tapi penuh kendali. “Sudah, cukup. Sekarang waktunya makan malam. Alma, ayo temani Yangti ke meja makan.” Alma langsung bangkit dengan semangat, menarik tangan Adrian agar ikut. “Ayo, Pa! Alma udah laper banget!” Mereka pun menuju ruang makan. Meja panjang dari kayu jati sudah tertata rapi dengan hidangan hangat yang memenuhi udara dengan aroma menggoda. Kontras dengan suasana hati Adrian yang kian berat, ruang makan itu s

