Rio masih terpekur di sofa ruang tamu. Kepalanya tertunduk, kedua siku bertumpu pada lutut, sementara jemarinya meremas rambut sendiri dengan kasar. Suasana penthouse yang tadinya sudah tenang, kini terasa seperti medan perang yang ditinggalkan dengan bara masih menyala. Ucapan Dharma terus bergema di kepalanya. Dua minggu. Hanya dua minggu untuk mengambil keputusan. ‘Bawa pergi wanita itu dari sini, dan sembunyikan dari Adrian.’ Rio menghela napas panjang, dadanya naik-turun cepat. Itu bukan sekadar tawaran. Itu ancaman terselubung. Dan di balik setiap kata Dharma, Rio tahu ada permainan yang jauh lebih besar dari sekadar dana investasi. Ia mendongak, menatap kosong langit-langit ruangan. ‘Sial. Tua bangka itu bener-bener tau semua kelemahan gue.’ Ucapan Dharma memang benar adanya. R

