“Kenapa?” tanya Daffa. “Nggak kenapa-napa! Tapi aku bisa nyetir sendiri ... jadi kamu nggak perlu nganter aku,” jawab Amira. Daffa menatap heran. “Sebenarnya kenapa kamu bersikap seperti itu? kemarin saat berkunjung pertama kali justru kamu yang terlihat sangat antusias menceritakan tentang pertemanan kita kepada Mita. Tapi hari ini sikap kamu aneh sekali.” Amira meneguk ludah. Lampu lalu lintas di depan sana sudah berubah hijau, tapi Daffa belum juga menginjak pedal gas. Hingga kemudian rentetan suara klakson dari pengendara yang berada di belakang mereka pun terdengar bersahutan. “Buruan maju!” bentak Amira. Daffa tersadar dan menginjak pedal gas. Tapi kemudian mobil itu malah menepi. Daffa menarik rem tangan dan kemudian beralih menatap Amira. “Kenapa kamu marah?” tanya Daffa. “A