ZIZI PART. 7 PRIA YANG DIIMPOR DARI JAKARTA

1000 Kata

Razzi hanya diam, mendengarkan tangisan cucunya. Hatinya bisa merasakan betapa sakit perasaan cucunya sekarang. Walau ia belum tahu apa yang membuat hati cucunya terluka. Razzi terus mendengarkan. Ingin dipeluk Zizi, andai ada bersamanya. "Kai ...." lirih suara Zizi. "Ya, Sayang," sahut Razzi dengan suaranya yang selalu terdengar lembut. "Zizi mau pulang. Mau dipeluk Kai. Zizi ...." Zizi kembali terisak. "Zizi berani pulang sendiri?" Tanya Razzi. "Heum." Kepala Zizi mengangguk, seakan sang Kai ada di hadapannya. "Apa minta antar Bang El saja," usul Razzi. "Zizi berani sendiri, Kai." "Apa Zizi ingin bercerita, kenapa Zizi menangis?" Pancing Razzi. "Nanti di rumah saja. Tidak enak bicara di telepon, Kai." Tolak Zizi. Bagi Zizi, bicara ditelepon tidak bisa penuh ekspresi. "Baiklah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN