Hidungku mencium aroma rumah sakit, mataku masih terasa berat untuk dibuka. Bayangan Gibran G dan wanita itu membuat dadaku kembali sesak, bukan karena asmaku tapi karena sedih dan marah bercampur menjadi satu. Aku mencoba membuka mata dan sinar matahari yang menyinari dari balik jendela membuatku mengerjapkan mata beberapa kali. Aku melihat seseorang sedang tertidur di sampingku, tangannya menggenggam tanganku dengan sangat erat. Bau rumah sakit membuat kepalaku semakin sakit, dengan gerakan pelan aku mencoba menyentuh kepalanya dengan tangan kiriku. "K...kak," sapaku dengan terbata-bata, Gibran G mengangkat kepalanya dan langsung berdiri, dia melepaskan pegangannya dari tanganku. Aku menarik bajunya agar tidak pergi jauh dariku, aku butuh dia di sampingku saat ini. "Ja...jan