Aku masih tidak terima dengan alasan yang diberikan Gibran G kenapa kami harus menunda punya anak. Belum siap dalam kondisi kami seperti sekarang. Lalu kapan? Saat usiaku sudah nggak muda lagi atau saat dokter memvonis kami berdua nggak akan pernah bisa punya anak lagi barulah Gibran G mau menyerah dengan keputusannya? "Arghhhhh," aku mengacak-acak rambutku dan aku sama sekali nggak peduli penampilanku sekarang sekarang seperti orang gila di lampu merah. "Kamu kenapa? Kok dapur jadi penuh asap gini?" tanya Ayah yang tiba-tiba muncul dan menyapaku dari belakang. Aku melihat teflon yang tadinya bersih kini sudah hitam dan asap memenuhi seluruh dapur. Aku mematikan kompor dan mencoba tersenyum walau terlihat sangat dipaksakan. "Maaf aku buat kekacauan lagi." Aku memegang ujung te