Sepeninggal Kakek, Carla benar-benar menangis. Rasa kesal dan juga sedih berbaur menjadi satu. Dia msih menatap ponsel yang diberikan oleh Kakek dan belum menghubungi Faqih. “Kakek licik, pasti dia mengancam Faqih untuk melakukan semua ini,” gumam Carla yang lebih mendengarkan kata hatinya. Dia sangat hafal siapa Kakek yang selalu menggunakan berbagai macam cara untuk mendapatkan keinginannya. Setelah lama bergulat dengan hati. Akhirnya Carla menekan nomor Faqih. Dia butuh kepastian, bagaimana keadaan Faqih. Terdengar nada sambung,. Tapi selama beberapa saat, panggilannya tidak juga dijawab. Tapi, Carla tidak menyerah dan terus menghubungi nomor Faqih. Hingga di ujung kesalnya, ponselnya tersambung. “Halo.” Itu suara Faqih. Carla menarik nafas dan mulai berbicara. “Ini aku.” Tidak a
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari