Rafi Aku buka mata, tapi kegelapan menyergap. Beruntung sorot lampu mobil dari arah berlawanan, bisa membuatku mengenali bahwa sebentar lagi kami akan sampai di rumah eyang. Aku bangunkan Suci yang tidurnya sangat pulas. Kugoyangkan tubuhnya, “Uci bangun, sebentar lagi sampai di rumah eyang.” Sekarang pahaku terasa kram karena menjadi bantalnya sedari tadi. “Euugh.. Iya.” Jawabnya, sambil menggeliat dengan kepala masih ada di pahaku, karenanya sweater yang tadi dipakai untuk menyelimutinya jadi terjatuh. Dia bangun, mengucek matanya sebentar, kemudian menoleh ke arahku. Keningnya berkerut seperti berpikir sesuatu. Matanya tertumbuk ke arah sweater yang terjatuh di kakiku. Dia ambil sweater itu, dilipat rapih kemudian diletakkan di antara aku dan dia tanpa bicara sepatah katapun.