Rafi “Suci! Tidak! Jangan!” aku tarik rambutnya, kupeluk dan kubawa ke pinggir kolam. Aku lakukan resusitasi jantung dan CPR untuk membantunya mengeluarkan air kolam yang sempat terminum olehnya. Kenapa dia nekat menceburkan dirinya ke kolam? Apakah dia berniat untuk mengakhiri semua penderitaannya karenaku? Aku sungguh panik, aku menjerit-jerit bak orang gila karena Suci tak kunjung merespon. Aku lakukan semua yang aku ingat untuk bantu dia kembali bernafas. Syukurlah, tak berapa lama kemudian dia batuk-batuk dan muntahkan air kolam. “Suci, syukurlah… syukurlah,” hanya itu yang mampu aku ucapkan. Kupeluk erat tubuhnya, kukecup kening dan pipinya berkali-kali. Tapi saat kepala dan tangannya terkulai lemas di pelukanku, aku kembali menjerit ketakutan. Aku takut dia pergi tinggalkan ak