3

1187 Kata
Tes wawancara bersama pimpinan HRD berjalan sangat lancar. Ada rasa lega yang seketika menyelimuti hatinya. Meira berharap, ini menjadi awal yang baik untuk dirinya berkembang dan maju menjadi wanita independen yang sukses. Meira sudah duduk di kursi yang kini akan menjadi kursinya selama bekerja. Ia berada di ruangan yang bertuliskan audit internal. Ya, Meira menjadi auditor junior. Ia menjadi auditor kesepuluh untuk memenuhi jumlah anggota tim yang sudah ada sebelumnya. Tugasnya hanya mengaudit pekerjaan bagian lain di semua cabang yang tergabung di Setya Group. "Kamu Meira? Anak baru kan?" tanya seorang laki -laki mendekati meja Meira. Meira menoleh ke arah laki -laki yang kini berdiri tepat di depannya hanya di batasi oleh meja saja. "I -iya, Pak," jawab Meira sopan. Walaupun Meira baru bergabung dengan anggota auditor yang lain. Meira merasa mulai nyaman karena memang tidak ada yang mengintimidasi dirinya. Bahkan, saat ia di kenalkan di ruangan ini sebagai karyawan baru, semuanya menyambut bahagia dan kembali fokus pada pekerjaan mereka. Seberat itu kah, bekerja sebagai auditor. Hingga tidak ada ambutan yang berlebihan. Standar saja. Mungkin memang tipe mereka seperti itu. "Kamu sudah paham dengan job desk kamu disini?" tanya lelaki itu dengan suara yang berwibawa sekali. Meira menggelengkan kepalanya pelan. Ini saja, ia hanya di minta untuk mempelajari SOP sebagai auditor. Hanya saja, Meira belum paham betul kecuali yang tentang kedisiplinan kerja saja. Selebihnya, Meira belum punya bayangan apa -apa. "Be -belum Pak," jawab Meira jujur. Lelaki itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya kepada Meira. "Aku Bimo. Aku ketua audit tim dua," jelas Bimo memperkenalkan dirinya paa Meira. Meira membalas uluran tangan Bimo dan tersenyum manis ekali. "Meira, Pak," jawab Meira ramah. "Mulai sekarang, aku yang berhak memberikan tugas untuk kamu dan kalau ada apa -apa kamu bisa langsung hubungi aku atau tanya aku. Itu mejaku ada di sana," jelas Bimo sambil menunjuk ke arah meja kerja miliknya. Meira yang sempat menoleh ke arah meja Bimo pun mengangguk paham. Sejak tadi meja itu memang kosong. Mungkin Bimo sedang meeting di tempat lain. Tiba -tiba saja muncul dan bicara padanya. "Oke Pak. Jadi sekarang kerjaan saya apa, Pak?" tanay Meia ragu. Jujur, Bete juga, sejak tadi cuma bacain SOP aja tanpa tahu apa pekerjaan kita sebenarnya. Tapi, mau mengadu sama siapa? "Eumm ... Kamu bisa ke meja saya?" pinta Bimo lagi dengan nada lembut. Meira mengangguk pasti, "Bisa." "Ayo kesana dulu. Ada pekerjaan yang bisa kamulakukan ebagai awal menjadi karyawan," jela Bimo yang kemudian berjalan lebih dulu ke arah mejanya. Meira berdiri dan mengikti Bimo. Meira berdiri di sisi meja Bimo dan Bimo duduk di kursinya. angannya sibuk membuka komputer miliknya dan mencari sesuatu di sana. "Ini Meira ... Tolong rekap ini. Setelah itu kamu input data ini. Ini jadwal audit kita di beberapa cabang Setya Group," titah Bimo pada Meira. Meira mengangguk paham dan mulai duduk di kursi Bimo tadi. Bimo sudah menyingkir dari kursinya dan membiarkan Meira mengerjaan kerjaan dasar itu. Meira mulai mengerjakan beberapa rekapan yang tadi di perlihatkan padanya. Kalau soal input, rekap dan analisis, ini sih pekerjaan yang sangat di sukai Meira. Bimo mengamati sebentar dan mengangguk puas dengan pekerjaan Meira yang di anggap mumpuni. Meira langsung bisa bekerja dan paham akan tugasnya. Wanita yang begini memiliki dedikasi tinggi dan bisa melakukan apapun. Bimo mengangguk -anggukan kepalanya. Kinerja Meira tidak bia di pandang sebelah mata. Bagi Bmo, Meira bisa dijadikan *** Kamar tidur Igo sudah siap di huni kembali. Kamar tidur yang berada tepat di depan kamar Meira adalah kamar milik Igo yang sudah lima tahun tidak pernah di buka lagi. Kamar itu masih sama seperti dulu. Letak ranjang dan lemari serta ii an kamar yang tak satu pun berubah. Bu Ismi mengganti sprei dan emnyapu serta mengepel. Ia mmebuka lemari dan merapikan tumpukan pakaian yang masih rapi di sana. "Bu ... semua bajunya tolong di turunkan dan maukkan saja baju yang ada di koper," titah Igo yang sudah menggeret koper mauk ke dalam. Ia memandangi kamarnya yang sudah lama tidak ia huni. Di dinding masih tergantung foto -foto couple dirinya besama wanita yang paling ia cintai. "Bu ... Turunkan semuanya dan simpan di kamar belakang," titah Igi kembali lalu keluar dari kamar itu. Ia kembali berjalan menuju ruang tengah dan menurunkan meua foto -foto yang penuh kenangan manis itu. Di bantu dengan tukang kebun Griya ini. Dua jam kemudian, Griya ini menjadi Griya yang berbeda dari sebelumnya. Setelah ini, tugas tukang kebun untuk mengecat seluruh Griya ini dengan warna putih tulang. Hari sudah semakin siang, Igio sudah selesai makan siang dan kini berada di dalam kamarnya. Letak ranjang dan lemari ia pindah agar mendapat suasana baru. Jujur, masa lalu Igo masih sering menari di otanya dan kini perlahan mulai bisa di tepis dan di buang karena satu wanita yang hadir tiba -tiba dan membuatnya jatuh hati. Igo membuka ponselnya dan menatap gadis yang kini mengusai hati dan pikirannya. Gadis yang membuat ia kembali ke Indonesia setelah lama menetap di Singapur. Gadis yang membuatnya jatuh cinakembali seperti ABG. Senyum Igo tersirat di atas bibirnya yang sedikit tebal. Senym penuh kebahagiaan. Senyum yang tak pernah ia rasakan sejak lama setelah hidupnya terpuruk dan hancur karena dirinya sendiri yang tidak mau membuka diri. Igo merebahkan tubuhnya di kasur. Satu minggu ini ia masih free. Minggu depan, ia bakal kembali bekerja dan mulai mengambil alih salah satu perusahaan milik Ayahnya. Ayahnya sudah memberikan satu perusahaan dari Setya Group. Perusahaan yang Igo bangun dari nol di Singapura alah ia percayakan pada sahabatnya. Ia memilih memimpin salah satu perusahaan milik Ayahanya yang bergerak di bidang yang sama yang selama ini ia tekuni. Demi gadis yang ia sukai, ia rela kembali ke Indonesia. Kedua orang tuanya sudah tahu dengan alasan Igoini. Mereka sangat mendukung sekali. Begitu juga dengan adik semata wayangnay yang siap membantu kakaknya untuk mendapatkan cinta barunya. *** Sore ini, Meira masih duduk di kursi kerjanya. Ia merapikan meja kerjanya dan bersiap untuk pulang. "Puang sama siapa Ra?" tanay Bimo yang tiba -tiba saja sudah berdiri di depan meja kerjanya. Sumpah jantung mana yang tidak kaget. Tiba -tiba ada suara dan wujudnya sudah membuat Meira tidak baik -baik saja. "Kamu kenapa?" tanya Bimo mengerutkan keningnya. Bimo melihat Meira begitu panik sekali. "Kaget Pak," jawab Meira terbata. "Hmm ... Kamu melamun ya? Sampai saya datang saja, kaget," jelas Bimo lagi. Meira mengangguk malu -malu, "Iya Pak." "Udah jangan kaget lagi. Kamu mau pulang bareng saya gak? Kos kamu dimana?" tanya Bimo lembut. "Iya Pak. Dekat sini kok. Di Griya Ayu," jelas Meira jujur. "Griya Ayu? Kayak pernah dengar," ucap Bimo mengernyitkan dahinya. Ia sedang berpikir keras. "Kenapa Pak?" tanya Meia dengan cepat. "Ohhh ... Gak apa -apa. Kamu dapat dari mana kos itu?" jawab Bimo ragu. "Dari Ig, Pak. Ada yang nawarin, pas lihat cocok," jawab Meira singkat. Bimo mengangguk paham. Ia mencoba mempercayai apa yang dikatakan oleh Meira. "Aku antar. Kita sejalan," jelas Bimo pada Meira. "Gak apa -apa, Pak?" tanya Meira ragu. "Gak apa -apa, Ra. Santai aja. Aku jomblo kok," jelas Bimo pada Meira. "Oh ... Oke," jawab Meira menyetujui penawaran Bimo. Ya, Meira baeu mengenal Bimo hari ini karean memang hari ini adalah hari pertama ia bekerja di Perusahaan ini. Meira hanya perlu beradaptasi saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN