Navia berlari ke dalam kamar. Menghempaskan dirinya ke kasur dengan posisi tengkurap. Navia menutup wajahnya dengan bantal untuk meredam suara tangisannya. Kalimat yang di ucapkan oleh mama Hiro menusuk ke dalam hatinya. Sangat menyakitkan. Navia ingin tegar, tetapi ia gagal. Setiap mendengar kalimat itu, Navia merasa tidak ada gunanya dirinya hidup. Dia hanya akan dicap sebagai pelakor masa depan, meskipun dirinya berkelakuan baik. Satu per satu orang menghakiminya, seolah-olah mereka adalah orang yang sangat suci tanpa noda. Hiro segera menyusulnya naik ke atas ranjang dan menarik Navia ke dalam dekapannya. Hiro tahu, semua itu pasti menyesakkan istrinya, saat mendapati ibu mertuanya menolaknya mentah-mentah karena masa lalu ibu kandungnya. Navia menangis hingga tidak bersuara. Menu

