“Apa pun itu, kamu tidak berhak mencampuri urusan aku dan Nayla, Yan.” “Nayla adalah wanita berharga Raf. Sekali saja kamu melukainya, aku orang pertama yang akan pasang badan untuknya.” Rafa tertawa sinis,bukan main Frian ini. “Terima kasih, Yan. Tapi kamu tidak perlu seperhatian itu pada kekasihku. Aku tahu bagaimana cara memperlakukannya dengan baik.” Frian mengangguk seraya tersenyum tipis. *** Rafa menatap lekat pada Nayla yang tengah sabar menyuapi Bhanu. Tatapannya begitu dalam. Pertemuannya dengan Frian hari itu masih membekas—jelas sekali pria itu juga menginginkan Nayla. “Kenapa sih, Mas? Lihatinnya segitunya,” protes Nayla, sedikit salah tingkah. Rafa tak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya mengulurkan tangan, mengusap lembut puncak kepala Nayla dengan penuh kasih sayang.

