Bab 22 : Boleh Cemburu?

1243 Kata

“Apa bedanya dengan sebelumnya?” Nayla hanya bisa menggumam dalam hati. Kenapa, Nay? Kenapa tidak bicara? Entahlah, rasanya terlalu lelah untuk merasakan sakit. Raivan tidak berubah—dia hanya menjadi sedikit lebih lembut. Tidak lagi sedingin dulu. Bukankah itu satu perubahan baik? Tidak. Ia hanya kembali ke setelan awal—kembali bersikap seperti saat Nayla sebagai sahabatnya. “Nay,” panggil Raivan. Nayla tersenyum tipis, lalu mengangguk pelan. “Iya.” Tangan Raivan terulur, mengusap lengannya sebentar. “Terima kasih, ya, Nay.” Usai makan malam, Nayla berdiri dan mengulurkan tangan, hendak berpamitan. Raivan menyambutnya sejenak, lalu melangkah bersamanya menyusuri lorong rumah sakit—mengantar hingga ke tempat Fadlan memarkirkan mobilnya. “Besok Bunda ke sini. Mungkin Mama dan Papa jug

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN