Setelah berpamitan dengan sang tuan pesta, Ariana pun melangkahkan kakinya menuju lift namun langkahnya terhenti dikarenakan tarikan kuat dari Keisha. "Hei, mau ke mana? Pestanya baru dimulai," ujar wanita imut itu.
"Aku mau pulang," balas Ariana yang mendapatkan penolakan keras dari Keisha.
"No, no, no. Pesta baru dimulai dan kamu mau pulang? Oh come on!" cetus Keisha tak terima.
Ariana pun menghela nafasnya dengan berat. "Baiklah, aku tidak jadi pulang." Raut wajah Keisha seketika berubah menjadi ceria ketika mendengar jawaban dari sahabatnya itu. "Tapi ... tidak sampai akhir aku mengikutinya. Hanya sebentar, setelah itu biarkan aku pulang."
Keisha mengangguk kepalanya. "Deal."
Musik berputar semakin kencang, para wanita dan pria mulai memenuhi lantai dansa sambil meliukkan tubuh mereka. Keisha pun mulai menggerakkan badannya sesuai irama sambil memegang segelas tequila di tangannya.
"Wow!" sorak Keisha dengan semangatnya ketika sang Dj menyebut namanya.
Ariana tertawa sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya. Di letaknya gelas yang ia pegang di atas meja, Ariana berjalan menuju letak toilet berada. Saat mencuci tangannya, tak sengaja Ariana mendengar suara mendesah.
Suara desahan itu semakin keras dan membuat Ariana merasa tidak nyaman mendengarnya. "Dasar tidak tahu malu, melakukan di tempat begini. Apa mereka tidak mempunyai uang untuk menyewa kamar?" gerutu Ariana.
Segera wanita itu pergi dari sana. Tak sengaja dirinya menabrak seseorang, tubuhnya limbung. Sebuah tangan melingkar di area pinggang Ariana dan menahan tubuh gadis itu hingga tak menyentuh lantai.
Tak merasakan sakit, Ariana pun membuka matanya dan terperanjat kaget saat mendapati wajah pria asing yang begitu dekat dengannya. Saking dekatnya, deru napas pria itu bisa Ariana rasakan. Mata Ariana menjelajahi bentuk wajah pria itu. Ini begitu sempurna, belum pernah ia menjumpai pria sesempurna ini.
"Sampai kapan kamu mau menatapku seperti itu?"
Masih dalam mode lamunannya, Ariana memekik dalam hatinya. "Oh my god, suaranya! Begitu seksi dan maskulin."
Tak kunjung sadar, pria itu mulai jengkel. Dengan sengaja ia melepas rengkuhannya hingga wanita itu jatuh. "Auch!" Suara rintih keluar dari mulut wanita itu.
Ariana menggosok bokongnya yang terasa sakit sambil mendelik tajam ke arah pria itu. "Akhirnya kau sadar," ujar pria itu dengan dinginnya.
Ariana segera bangkit. "Kau!" tunjuknya ke arah pria itu dengan nafas memburu karena amarah bercampur malu.
Pria itu hanya menatap datar ke arah Ariana sebelum berjalan melewatinya begitu saja. "Hei!" teriak Ariana yang tak akan terdengar oleh pria itu karena suara musik yang berdegum kencang.
Kembali ke mejanya, Keisha mengernyit melihat wajah sahabatnya yang terlihat ketus. "Kenapa wajahmu itu?"
Di raihnya gelas berisi cairan kuning itu dan di minumnya dalam sekali teguk. Keisha yang melihatnya matanya membelalak tak percaya. "Hei! Ada apa?" tanyanya yang tak biasa melihat Ariana seperti ini.
Tiba-tiba wanita itu menangis. Keisha dibuat panik dan bingung. "Ariana! Ada apa denganmu? Tiba-tiba datang langsung menangis."
"Keisha ... mau taruk di mana mukaku ini?" isaknya sambil menatap sahabatnya itu.
"Emang ada apa, Ariana? Coba ceritakan pelan-pelan?" bujuk Keisha.
"Tadi ... tadi ..." Tidak, tak sanggup ia menceritakan kejadian memalukan itu. "Tak jadi." Keisha yang mendengarnya pun geram, "Sabar Keisha, sabar ... untung sahabat. Kalau tidak sudah ku ..." Sambil melotot ke arah Ariana.
"Sudahlah, aku balik dulu," ujar Ariana yang sudah tidak ada mood.
"Baiklah," balas Keisha yang tak ingin menahannya lagi. "Hati-hati Ri."
"Hmm."
Saat hendak keluar dari klub, Ariana tak sengaja melewati meja wanita yang ia lihat di kafe. "Di mana dia? Apa kamu melihatnya?" Wanita bergaun hitam itu menggelengkan kepalanya.
"Ah sial, bagaimana ini? Aku tidak ingin kesempatan emas ini di ambil oleh orang lain. Aku harus mendapatkannya," ujar wanita bergaun merah itu.
Tak ingin tahu lebih lanjut, cukup sudah dengan kejadian memalukan yang di alaminya tadi. Ariana segera pergi dari tempat terkutuk ini. Saat ia memasuki lift tiba-tiba sebuah tangan muncul dan menghalangi pintu lift tertutup.
Mata Ariana membelalak ketika melihat siapa pria itu. "Pria ini?" Terpancar jelas raut wajah kesal di muka Ariana.
Tiba-tiba pria itu memeluknya dan itu membuat Ariana terperanjat kaget. Dengan refleks ia mendorong pria tubuh tegap itu hingga membentur dinding lift. "Pria m***m," teriak Ariana.
"Ah," rintih pria itu ketika mendapatkan sakit di bagian punggung badannya. Pria itu menatap nanar ke arah Ariana, ia bangkit dan berjalan mendekati wanita itu.
Mode bahaya langsung tersirat pikiran Ariana, gadis itu menatap sekeliling dan mengumpat dalam hati karena di dalam lift ini hanya ada dirinya dan pria m***m. Pandangan gadis itu tertera pada angka monitor lift yang masih jauh menuju lantai dasar.
"Pria m***m, jangan mendekat! Ku peringatkan kau jangan mendekat!"
Perkataan Ariana tak di gubris oleh pria itu. Sekarang ia terjebak dengan posisi pria itu mengurungnya di antara kedua tangannya.
Dengan berani Ariana mendongak kepalanya sedikit ke atas untuk menatap wajah pria itu. Sebelum ia kembali mengoceh, bibir pria itu sudah mendarat di bibirnya kemudian melumatnya dengan kasar.
Kedua bola mata Ariana membesar, tubuhnya membeku, pikirannya langsung kosong. Tidak mendapat balasan, pria itu menggigit bibir bawah Ariana hingga wanita itu meringis dan membuka mulutnya. Lidah pria itu bergerak menjelajahi mulut Ariana lalu membelitkan lidahnya dengan lidah wanita itu.
Semakin lama Ariana terbuai dengan ciuman itu. Refleks ia membalasnya dengan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu. Di sela-sela ciuman itu, seutas senyum terbit di bibir pria itu. Tangan kanan pria itu menarik pinggang Ariana agar lebih dekat dengannya, tangan kiri nya pun berada di leher Ariana agar memperdalam ciuman mereka.
Bunyi deting lift tanda mereka sudah berada di lantai dasar. Tak membuat pagutan mereka lepas hingga Ariana merasakan pasokan oksigennya berkurang baru kesadarannya kembali. Ariana segera mendorong tubuh pria itu menjauh dan menatapnya dengan sengit sambil menutup mulutnya dengan tangannya.
Sebuah tamparan dilayangkan olehnya tepat pada pipi kanan pria itu. "b******k!" Setelah memaki, Ariana langsung pergi meninggalkan pria itu sendiri di dalam lift.
Menoleh, menatap punggung Ariana yang semakin lama semakin jauh dan menghilang dari pandangan matanya. Sebuah senyum seringai tercetak di bibir pria itu.