Pertama kali membuka mata untuk beberapa saat di awal kepindahan, Amira masih merasakan asing terbangun di kamar Kaflin sampai akhirnya mulai terbiasa. Amira tersenyum merasakan tangan yang mendekap dari belakang, lalu jatuh tepat di atas perutnya. “Aku malas bangun pagi belakangan..” bisik Kaflin dengan suara serak khas bangun tidur. Belakangan Kaflin sudah jarang bangun awal untuk menyempatkan lari pagi seperti biasa dia lakukan, bahkan hampir tidak pernah. Ia berubah jadi malas. “Ya sudah tidur lagi.” Jawaban polos istrinya yang santai malah membuat Kaflin mengeratkan pelukan dan gemas. Ia bahkan menggigit kecil telinga sang istri sampai Amira menyikut perut Kaflin. “Jangan gigit, Mas! Kebiasaan!” omel Ami. Kaflin terkekeh. “Suruh siapa kamu lucu. Aku gemas.” Ami tersenyum,