Kai hanya tersenyum tipis, “tetapi kita berdua punya kesamaan, Kaf.” “Apa?” “Bodoh dalam urusan hati.” Kai dan Kaflin terkekeh kecil. “Jika begini, aku semakin yakin jika kita berdua saudara kandung dan sedarah.” Kai kemudian merangkul Kaflin. Keduanya sama-sama terdiam dan menatap ke arah kolam, memerhatikan ikan-ikan bergerak di sana. Keduanya bersyukur memiliki satu sama lain. “Menurutmu Papah dan Mamah akan tahu jika hubunganku dan Ami sedang tidak baik?” “Ya. Aku yakin meski kita harus bersikap pura-pura di depan mereka, pasti mereka akan tahu. Hanya Papah dan Mamah tidak akan ikut campur terlalu dalam pada rumah tangga kita berdua, mereka tidak akan mendesak kita untuk menjelaskan, kecuali masalahnya tidak bisa kita atasi. Kita yang butuh nasihat dan dukungan mereka.”