Ken berdiri di depan makam dengan sebuket bunga di tangan dimana raut wajah terlihat sendu dengan sorot mata tak terbaca. Perlahan Ken membungkuk dan berjongkok di sisi makam seraya meletakkan bunga itu di depan nisan. Tiba-tiba raut wajahnya menunjukkan penyesalan yang teramat dalam. Ia merasa bersalah dan merasa terlambat hingga belum sempat mewujudkan keinginan terakhirnya. “Ken.” Ken menoleh saat mendengar suara sang ibu. Saat ini Ara dan Saska berdiri di belakangnya dengan tangan Ara yang bertengger di bahu Ken. “Ibu sudah selesai?” tanya Ken dan Ara hanya mengangguk sebagai jawaban. Sebelumnya Ara pergi mengunjungi makam tante Sandra yang kebetulan berada tak jauh dari sana. “Bagaimana denganmu?” Ken kembali menatap nisan selama beberapa saat dan mengangguk. “Entah kenap