Setelah adegan kepergok yang sangat konyol kemarin Dafa dan Celine benar-benar pada situasi yang canggung, saat tidak sengaja bertatapan keduanya akan langsung membuang muka salting, saat akan bersimpangan keduanya belagak melengos lewat jalan berlawanan arah, bahkan saat duduk di tempat yang berdekatan keduanya pura-pura menjadi manusia asing yang tidak saling kenal.
Tak ayal Zee suka kebingungan dengan tingkah aneh dua orang itu.
Kembali pada situasi sekarang, mereka bertiga sedang duduk di meja makan untuk sarapan.
"Mah mulut Zee disini!" Jengkel bocah itu sebab Celine menjejalkan roti ke hidungnya karena sejak tadi menatap ke sembarang arah menghindari Dafa.
Celine tersentak, kaget plus malu apalagi Dafa terlihat menahan senyuman geli. Zee mengusap hidungnya yang kotor, badmood.
"Wajah Zee kotor kan!" Dumel bocah itu makin sibuk mengusek-usek wajahnya yang kena mentega dari roti.
Celine menyengir kikuk, Dafa sudah tak tahan untuk tidak tertawa. Entah kenapa rasanya sangat menyenangkan melihat situasi seperti ini, Dafa seperti kembali pada masa-masa harmonis keluarganya dulu.
Dafa jadi terkesiap dengan pemikirannya, perlahan lelaki itu menatap Celine yang sedang sibuk membujuk anaknya. Kenapa dadanya tiba-tiba berdesir lembut saat membayangkannya.
Masa aku .. dengan perempuan ini?
"Pak!"
Dafa terperanjat, di depannya Celine terlihat kesal karena sejak tadi memanggil-manggil tapi Dafa bengong. "Ayo berangkat, udah siang." Ucap Celine sembari menggandeng tangan Zee.
Dafa mengangguk cepat, menarik kunci mobilnya dan merekapun pergi ke garasi. Karena kebetulan hari ini Dafa tidak ada meeting maka lelaki itu memilih mengantar anaknya.
"Pake sabuk pengamannya." Ujar Dafa membuat Celine tersentak, Celine memang suka lupa memakai sabuk pengaman.
Dafa menjalankan mobilnya, disebelahnya Celine memangku Zee yang sudah sibuk bermain dengan rubik, Zee memang anak yang cerdas dan aktif.
"Kamu tadi belum makan, kan?" Tanya Dafa membuat Celine tertegun, lelaki ini ternyata memperhatikan nya. "Ambil di dashboard ada roti sama air mineral." Titah Dafa tanpa menatap kearah Celine.
Gadis itu tentu saja langsung merona, bukannya baperan tapi siapa sih yang gak klepek-klepek kalau diperlakukan manis begini. Apalagi sama sugar daddy hot.
"Makasih Pak." Gumam Celine pelan.
"Hm."
Lalu percakapan berakhir, sebenarnya Celine sangat ingin membahas tentang kejadian tempo hari tapi Celine juga takut kalau dirinya saja yang salah paham, mengingat Dafa yang malu menjalin hubungan dengan pembantu sepertinya membuat Celine entah kenapa jadi minder.
Padahal kalau Celine mau jujur kekayaan keluarganya tak kalah dari Dafa.
"Soal kemarin," Celine spontan menoleh, tak menduga Dafa akan membahasnya sendiri. "Maaf."
Mancleos.
Hati Celine mancleos, Dafa meminta maaf, yang artinya kejadian kemarin cuma kesalahan. Celine mengepalkan kedua tangannya erat-erat, entah kenapa sesak sendiri.
Dafa tak berani menatap wajah Celine, karena takut kalau keputusannya akan goyah. "Kita cuma sebatas hubungan kerja." Tandas Dafa seolah makin memperjelas semuanya.
Celine tersenyum kecut, menunduk mengusap kepala Zee yang masih sibuk bermain sendiri itu. "Iya Pak, saya juga gak berharap lebih kok."
Hening.
Tak lama mobil berhenti, Zee pamitan kepada Dafa sebelum keluar mobil, Celine langsung mengikuti dari belakang tanpa menatap Dafa sedikitpun.
"Kenapa ... aku sedikit menyesal ya." Gumam lelaki itu menatap nanar punggung Celine.
***
"Mama-- eh .. Kakak!" Zee buru-buru meralat takut kena omel Celine.
Celine yang sedang duduk di kursi tunggu tersenyum, merenggangkan tangannya membuat Zee langsung masuk ke dekapan nya. Celine memang menunggu selama Zee sekolah sampai bocah itu pulang. Karena itu memang tugas pengasuh.
"Gimana tadi sekolahnya? Susah apa gampang?"
Zee senderan di d**a Celine. "Gampang." Celetuknya dengan santai sekali.
Celine tertawa renyah, bocah ini pasti calon pemenang olimpiade saat dewasa nanti. "Pinter." Puji Celine mengacak gemas rambut Zee.
Zee senang sekali karena dipuji, "nanti Zee bakal dapet juara satu!" Ucapnya sungguh-sungguh membuat Celine sungguh terhibur.
"Harus dong! Nanti kalau Zee dapat juara bakal Kakak kasih hadiah!" Janji Celine membuat bola mata anak itu makin berbinar.
"Sayang banget sama Kakak!" Serunya memeluk erat leher Celine.
Celine membalas pelukan bocah itu dengan lembut, oh jadi begini rasanya jadi Ibu, jelas saja dulu Mamahnya sangat menyayangi nya ternyata kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya luar biasa besar.
"Aduh ada apa nih peluk-pelukan segala?"
Celine dan Zee menoleh kompak, seorang lelaki berkemeja kotak-kotak dengan celana jeans hitam mendekat kearah mereka. Riski tersenyum simpul kearah keduanya.
"Paman Iki!!!" Zee berhambur kearah Riski yang spontan membuat Riski mengangkat tubuh Zee ke gendongan nya. "Paman kok ada disini?"
Riski mengangkat paper bag di tangannya membuat Zee dan Celine penasaran. "Paman bawain makanan kesukaan kamu."
"WAHH!!" Zee bersorak sumringah membuat Celine mendecak tak habis pikir. Perasaan kemarin Zee baru bilang pengen jadi kurus deh. "Mana-mana!" Serunya tak sabaran.
Riski dengan sabar memberikan bawaannya membuat Zee langsung duduk anteng makan, ternyata makanan kesukaan Zee adalah sepaket donat spesial. Jelas aja bocah itu bulet makanannya aja donat mulu.
Celine kok julid banget ya.
"Ini."
Celine tersentak kaget, menatap bingung Riski yang menyodorkan paper bag lain kepadanya. "Apa ya Mas?"
Riski tersenyum. "Saya kebetulan baru pulang dari luar kota, dan saya lihat ini cocok banget buat kamu."
Celine dengan ragu-ragu menerima pemberian Riski. "Makasih ya Mas." Ujar Celine sopan.
Riski mengangguk, menunggu-nunggu harap saat Celine mulai membuka hadiah pemberiannya. Entah kenapa Riski deg-degan dengan reaksi Celine.
"Cantik banget." Gumam Celine membekap mulutnya takjub.
Tak ayal Riski langsung menyunggingkan senyuman lebarnya melihat Celine yang menyukai hadiahnya. "Mau saya pakaikan?"
Celine mengerjap, Riski tanpa menunggu jawaban Celine langsung mengambil alih hadiah tersebut, perlahan lelaki itu mengeluarkan hadiahnya. Kalung berwarna perak dengan bandul bunga kristan yang berkilau. Sangat indah dan elegan.
Celine menyibak rambutnya seperti memberi lampu hijau untuk Riski, lelaki itupun dengan senang hati memakaikan kalung itu ke leher jenjang Celine. Aroma shampo strawberry Celine merasuk ke indra penciumannya, Riki tanpa sadar mendekatkan wajahnya ke tengkuk gadis itu yang sedang memunggunginya.
"Kamu suka?" Tanya Riski berbisik.
Celine menunduk mengangkat bandunya senang. "Suka, cantik banget."
"Masih cantik kamu."
"Eh?!"
Celine menoleh ke belakang kaget, Riski pun seolah sadar dengan ucapannya ikut mematung. Keduanya jadi saling bertatapan dengan jarak sebegitu dekat.
Zee? Bocah itu masih sibuk makan donat-donat nya.
Celine meneguk ludah, kenapa sih dirinya sejak kemarin terlibat dengan keadaan ambigu seperti ini?
Riski pun entah kenapa tak mampu mengalihkan wajahnya, rasanya ada magnet yang membuat fokus lelaki itu hanya tertarik pada Celine.
Sampai sebuah suara membuyarkan keduanya.
"Celine!!!"