Entah kenapa, kali ini waktu berjalan sangat cepat. Jarum jam yang terus berputar, hingga hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan pun terus berganti. Hingga tanpa terasa, sudah hampir satu tahun Kiran benar-benar pergi meninggalkan Rio untuk selamanya. Pria tampan itu nampak berdiri di depan kaca besar dalam ruang walk in closet apartemen, menautkan kancing kemeja bagian pergelangan tangannya, lalu memandang pantulan dirinya pada cermin, dengan seulas senyum sangat tipis tertampil di wajahnya. “Terima kasih, karena lo udah berusaha bertahan hingga detik ini, Alterio,” gumam pria itu. Ia tatap telapak tangan kanannya, lalu mengepalnya sekuat tenaga. Ya … sampai detik ini, tremor pada tangannya masih terus berlanjut, hingga pria itu akhirnya benar-benar mundur dari bidang