Beberapa jam sebelum kejadian penganiayaan.
Seorang gadis cantik, dengan tinggi badan kurang lebih seratus lima puluh delapan sentimeter itu, tengah duduk di depan sebuah meja rias kecil berwarna biru muda, yang ditaruh di sudut kamarnya. Ia ambil satu liptint berwarna merah muda, lalu mengoleskan cairan tersebut pada bibir mungilnya.
Tok, tok, tok!
Tok, tok, tok!
“Leya!”
Suara ketukan, diiringi seruan seorang pria paruh baya dengan suara meninggi, seketika mengalihkan perhatian Leyana. Gadis berkaus polo merah dengan nametag menggantung di lehernya itu, segera berdiri lalu berjalan untuk membukakan pintu.
“Ada apa, Yah?” tanya Leyana dengan dahi berkerut.
Raut wajah pria, yang kini berdiri saling berhadapan dengan Leyana itu, nampak sangat geram. Ia tatap putrinya dengan i
