*** Marina melangkah dengan langkah cepat menuju lift eksklusif, dengan perasaan kesal yang memuncak. Ia menekan tombol, dan setelah pintu lift terbuka lebar, ia segera melangkah masuk ke dalamnya. “Tak habis pikir, bagaimana dia bisa bersikap seperti itu,” gerutunya sambil menekan tombol angka 8. Pintu lift menutup rapat, dan mulai bergerak dengan kecepatan normal menuju lantai yang dituju Marina. “Bukannya merasa bersalah, dia malah datang meminta bantuan. Di mana harga dirinya?” keluhnya lagi, emosinya belum juga reda. Marina benar-benar tidak mengerti jalan pikiran mantan sahabatnya, Vamela. Setelah semua pengkhianatan yang dilakukan Vamela dan Luke terhadap dirinya terungkap, Marina pikir wanita itu tidak akan berani menunjukkan wajahnya lagi di hadapannya. Namun, kenyataan yang i