“Dara, kamu nggak apa-apa? Perutmu nggak sakit?” Azra bertanya sembari terus memompa kejantanannya. Dara menggeleng, menutup wajahnya dengan tangan. Entahlah, meski telah hampir dua tahun menikah, ia selalu malu saat melakukan hubungan intim. Terlebih lagi saat ini mereka melakukannya bukan atas dorongan ingin memiliki keturunan. Murni karena hati mereka ingin merasakan kehangatan masing-masing. Karena perasaan cinta dan sayang yang menggebu. “Jangan ditutup, Sayang. Aku suka lihat wajahmu yang tersipu malu begitu.” Azra menyingkirkan tangan istrinya, menyatukannya di atas kepala, menguncinya di sana. “Bikin makin terangsang tahu.” Dara mendelik, tapi kemudian kembali melenguh nikmat. “Sayang, aku hampir nih.” Azra menggerakkan tubuhnya semakin cepat. “Keluarin di mana?” “Di dalem aj