Jasmine menghapus airmatanya dan berusaha tersenyum untuk menghilangkan suasana canggung di antara kami, dia lalu membuka kulkas dan mengeluarkan segelas jus jeruk dan memberikan gelas itu kepadaku. “Anggap saja Bapak tidak tahu apa-apa tentang keberadaan Danisha, sampai kapanpun ayahnya tidak akan pernah mau menerima dia, Danisha hadir di dunia ini karena kesalahan,” balasnya dengan senyum dipaksakan. Aku hampir tersedak saat mendengar ucapannya. “Whisnu tahu?” tanyaku, Jasmine membuka laci dan mengeluarkan sebuah piring lalu meletakkan roti yang telah diolesnya dengan mentega dan selai. Jasmine menundukkan kepalanya, tak lama dia menggeleng. “Dia tidak tau dan saya yakin andaipun dia tau tentang Danisha, saya yakin dia tidak akan menerima dan mencintai Danisha, karena sej