Rayn menghilang. Seisi rumah panik. Bagaimana bisa Rayn menghilang dan kapan bocah berusia enam tahun itu keluar rumah padahal Alinka dan Bara jelas-jelas duduk di ruang keluarga dan pasti akan melihatnya jika Rayn memang pergi melalui pintu depan. Alinka sudah menangis, tubuhnya benar-benar gemetaran. Berbagai pikiran buruk mulai menghantuinya begitupun rasa bersalahnya. “Rayn pasti pergi gara-gara aku!” Alinka tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri akan perginya Rayn. “Lin, jangan nyalahin diri kamu. Udah, tenangin dulu. Kita cari pelan-pelan, Rayn nggak mungkin pergi jauh.” Teh Cici, asisten rumah tangga di rumah mereka tergopoh-gopoh berlari dari pintu samping yang menyambungkan ruang makan dan kolam renang. “Bu, Pak, kayaknya Abang Rayn lewat pintu samping. Soalny