Dia kembali menutup pintu dan berjalan menuju kamar, Allana menghela nafas panjang. Matanya menatap langit-langit kamar. “Semoga semua berjalan lancar, ya Allah. Aku hanya ingin sebuah identitas buat anakku, tidak lebih. Aku butuh ketenangan diri, aku tak butuh tanggung jawab seperti para pria lain terhadap wanitanya yang sedang hamil, aku juga menyadari bahwa aku mungkin bukan wanita yang dia inginkan, aku hanya pemuas nafsuya...” Allana menarik selimut dan menutupnya sampai ke d**a. Dia meraih gelas putih berisi air dan mminum beberapa obat yang di resepkan oleh dokter kandungan dan psikiaternya. Meskipun obat tersebut sudah dilarang oleh dokter untuk melanjutkan pengonsumsian karena saat ini tengah mengandung, tapi dirinya tetap nekat untuk mengonsumsi, karena sejak mengonsumsi obat ya

