“Lia wajib tau, sepertinya aku tak cukup kuat mental untuk melihat siapa gerangan ayah dari anak yang aku kandung. Aku harus menghubunginya…” gumamnya sembari menekan keypad di ponsel miliknya. “Semoga setelah aku mengetahui siapa pria yang bersamaku, semua akan baik-baik saja, dan siapapun peneror itu, sudah selayaknya dia pergi jauh dariku. Aku percaya Allah pasti melindungiku…” Tangan Allana menekan tombol panggilan dengan nama Yulia tertera di sana. Berkali-kali panggilannya terabaikan oleh sahabatnya. “Kemana sih, tu anak? Mesti banget di telpon gak di angkat? Aku harus cepat, usia kandunganku terus bertambah dan aku takut semakin terlihat membuncit, dan orang-orang akan curiga padaku, untung aku sudah pindah terlebih dahulu…” bisiknya dalam hati. Dan benar saja. Sesampainya di ko

