Mahardhika tidak pernah tau kalau mendengar ucapan seorang anak kecil berusia tujuh tahun bisa menimbulkan rasa sakit yang rasanya bahkan lebih sakit ketika Radhika memukulinya hingga babak belur. Lebam di wajah Mahardhika masih terlihat namun untungnya sudah jauh lebih baik namun lebam itu tidak berarti karena efek ucapan Erga ternyata jauh lebih hebat. Erga menatap Mahardhika dengan wajah tegas, "Kami tidak memiliki Papa. Papa kami sudah meninggal." Tubuh Mahardhika spontan bersender pada kursi yang ia duduki seakan ucapan Erga seperti bom yang jatuh tepat menghancurkan Mahardhika, "Tapi, Ga... Papa-" "Maaf, Om. Erga dan Arga tidak punya Papa. Kami sudah terbiasa hidup hanya dengan Mama." Erga tidak memberikan ruang pada Mahardhika. Mahardhika berkaca-kaca. Rasa sakit yang ia rasaka