Jihan meringis, bahkan nyaris menangis saat kakinya diurut. Tanpa sadar Jihan mencengkram tangan Mama erat untuk melampiaskan rasa sakitnya. Bibir Jihan menggumamkan istighfar tanpa henti, hal itu membuat Mama dan Dewa yang melihat jadi terkekeh geli. “Udah tahu ‘kan gimana rasanya terkilir. Jadi, nanti harus mikir berulang kali kalau mau bantu angkat barang lagi,” ujar Mama sambil mengusapi lengan Jihan. “Itu dilihatin Dewa, lho. Nggak malu ‘kan, ya.” Jihan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sebenarnya Jihan tidak ingin ditontoni seperti ini, tapi Mama malah keras kepala ingin melihat, parahnya juga mengajak-ngajak Dewa. Jihan ‘kan malu kalau begini. “Ya sudah Abang keluar saja kalau begitu,” kata Dewa geli. “Ma, kalau Jihan selesai diurut, panggil Dewa, ya. Papa ada di depan, kan?