Bukan Dua Orang Lagi, Melainkan Satu

1441 Kata

Riyan mati-matian menahan tawa, tentu saja hal itu mengundang kekesalan setengah mati dari Dewa. Di saat rasa gugup dan grogi menguasai, Riyan malah terlihat bahagia di atas penderitaan Dewa. Tapi tidak juga disebut penderitaan, kalau penderitaan berujung bahagia seumur hidup baru tepat. "Keringat kau sebesar biji jagung. Sabar, sebentar lagi ini akan berlalu dengan cepat. Kegugupan kau pasti berganti dengan antusias saat malam pertama tiba." Wajah Riyan sampai memerah saat mengatakan itu. Rasanya puas sekali karena bisa mengejek Dewa. "Jangan pingsan. Penghulu lagi dalam perjalanan. Tidak nanti ada pemberitaan kalau pengantin pria pingsan sebelum ijab qobul dilangsungkan." Demi apa pun, Dewa sangat ingin memukul Riyan. Tangannya sudah berkeringat sekaligus gatal, tapi berusaha Dewa taha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN