Terdengar kekehan tawa Ihsan di ujung sana. “Tebak dong, Mia.” Mia senyum-senyum, bola matanya bergerak-gerak karena dia yang sedang menebak-nebak. “Hmmm, kalo denger dari suaranya sih, Om … belum mandi.” “Kok bisa tau ya?” “Hah, bener, Om?” “Iya, Om baru sampe di kamar, lagi nyantai di sofa depan. Kok kamu bisa nebak ya?” Mia tertawa lagi, senang karena tebakannya benar. “Nebak aja sih, lagian suara Om kayak orang yang lagi capek banget.” “Nggak capek-capek amat, Mia. Tapi seharian ini Om memang sedang banyak kerjaan, pak Razak meminta Om memimpin proyek yang sedang ditangani pak Harja, Om jadi kepikiran.” “Kenapa?” “Karena Om juga banyak kerjaan lain, takut nggak kehandle, menurut kamu?” Perasaan Mia mendadak hangat, senang dipinta Ihsan untuk memberi pendapat. “Menurutku emang

