Irwan melepaskan pelukannya, mematikan keran air yang masih mengalir di westafel. Rasya sendiri mengambil piring yang sudah bersih dan meletakkannya di atas rak. "Jadi, apa kamu punya planning ke depan?" Irwan mengeringkan kedua tangannya dengan lap yang tergantung tak jauh dari tempatnya berdiri. Rasya tak segera menyahut, wanita itu masih sibuk menata piring. "Syaa?" "Eh, planning? Planning tentang apa?" Rasya mematung berdiri di tempat. Dia menatap kosong ke depan, bukan ke arah Irwan yang sedang menunggu jawaban darinya. Bisa terlihat bagaimana berantakannya kehidupan Rasya dalam dua tahun terakhir semenjak berpisah dengan ra yang satu-satunya ia cintai. Pria yang dia inginkan sama sekali tidak memiliki wewenang dan kekuasaan untuk menentukan hidupnya sendiri. Rasya sendiri tidak