Hans maupun Rafael sama-sama terpaku di depan cafe bernuansa vintage ini, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing hingga suara klakson mobil membuyarkan lamunan mereka. “Thanks, bro” ucap Hans pelan. “For what?” “Kau menyelamatkan aku hari ini” jawab Hans. “It’s nothing, aku tahu apa yang otakmu pikirkan bro” “Kencan buta ini membunuhku perlahan” ucap Hans pelan. “Apa yang kau bicarakan bodoh, aku cuma nggak mau kau terus menunjukkan muka mengenaskan itu pada orang lain. Hentikan kalau kau sudah nggak kuat lagi, mengerti?” “Kau tahu apa yang membuatku makin terpuruk dengan keadaan ini, Rafa?” “Kau masih memikirkan hal itu?” tanya Rafael sembari menghisap rokoknya. “Kau sudah melupakan kejadian sebelumnya, Rafa?” tanya Hans, ia menundukkan kepalanya. “Mana mungkin aku melupak