Pada akhirnya, Cici kembali ke apartemen lamanya, ruang yang dulu terasa sempit, kini justru seperti ruang hampa yang asing. Tidak ada penjaga, tidak ada suara langkah berat Sadam, tidak ada aroma kopi hangat yang biasanya menemaninya di pagi hari. Hanya keheningan, debu tipis di meja, dan matahari pagi yang menembus tirai. Harusnya pagi itu Sadam yang mengantar, tapi mendadak pria itu mendapat urusan mendesak dan menyuruhnya pindahan besok saja. Justru karena itu, Cici memilih pindah hari ini juga… mungkin untuk membuktikan sesuatu pada dirinya sendiri. Mungkin supaya Sadam sadar, kalau perasaannya, jika memang ada, tidak bisa hanya keluar saat mabuk. Atau mungkin supaya ia sendiri berhenti menggantungkan perasaannya pada seorang pria yang mungkin saja menyetujui perjodohan dengan Aureli

