Serpihan Hati

1855 Kata

Siapa yang menyangka sore itu, Antika justru tengah memasak bukan hanya untuk Raphael dan Khairel, melainkan juga untuk Nagara. Ironisnya, dunia seakan bermain-main dengan mereka, unit tempat tinggal Nagara ternyata hanya berjarak tiga pintu dari apartemen Raphael di lantai yang sama, lantai lima Résidence Saint-Antoine. Dari dapur terbuka yang menyatu dengan ruang makan, aroma tumisan mentega dan rempah menyebar lembut. Antika berdiri di depan kompor, menumis bawang putih dan jamur, lalu menambahkan krim dan pasta ke dalam wajan besar. Tangannya cekatan, tapi pikirannya tidak. Bahkan tawa Khairel yang sedang menonton TV pun tidak menyembuhkannya. Raphael, yang duduk di meja dapur dengan segelas wine putih di tangan, memperhatikan dengan senyum kecil. “Antika, kamu mendengarkan aku, ‘kan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN