Matthias menatap Zoya dengan tatapan nyalang yang menusuk jiwa, memperhatikan wanita itu dari atas sampai bawah kemudian berdecih pelan penuh kebencian. Amarah seperti badai ganas menggulung dirinya, menyeretnya bertindak di luar kendali. Ia menyesal sempat berpikir Zoya akan tunduk, tapi nyatanya wanita ini tetap saja bertemu Enzo di belakangnya—pengkhianatan yang menusuk jantung. “Aku dan Enzo tidak sengaja bertemu,” ucap Zoya dengan suara lirih, berusaha menahan air mata yang menggenang. Ia mencoba menjelaskan dengan sangat hati-hati agar tak memancing konfrontasi yang sudah terlalu melelahkan. “Saat aku makan siang bersama teman-temanku, dia juga melakukan rapat di tempat yang sama. Ini bukan sebuah perencanaan!” Matthias melirik Zoya dengan sinis yang tajam, lalu mengambil foto y