Enzo menghembuskan napas kasar ketika Zoya menyebut namanya dengan suara yang gemetar. Ia mengangkat wajahnya memandang wajah cantiknya yang memerah, ia kemudian meraih kepala Zoya ke dalam pelukan hangatnya. Memeluknya sangat erat seraya menciumi rambut wanita itu berkali-kali. “Maafkan aku.” Ia berbisik dengan suara berat. Hasratnya yang meningkat tajam membuatnya hampir membuat kesalahan fatal. Ia merasa malu karena menuruti nafsunya hingga telah melakukan hal yang cukup jauh. Saat ini jantungnya berdegup sangat kencang, merasakan tubuh Zoya yang terasa hangat karena kulit keduanya saling bersentuhan. “Apa aku menakutimu?” Zoya menggeleng, justru memandang Enzo dengan sayu, seolah tak keberatan jika Enzo ingin berbuat lebih. Ia ingin pria ini tidak menahan diri apalagi perasaan. Ini